Google ADS

terkini

Iklan sosial bar

iklan kanan juga

Filosofi Peran Buto dalam Pertunjukan Kuda Lumping

SUARA MEDIA NEWS
07 September 2025, 07:30 WIB Last Updated 2025-09-07T16:11:28Z

Seni Budaya
Foto Istimewa : Tunas Setia Budaya


Artikel - SuaraMediaNews.com | Pertunjukan kuda lumping atau jaran kepang adalah salah satu seni tradisional Jawa yang sarat makna. Di balik irama gamelan yang menghentak dan tarian penuh semangat, ada berbagai tokoh yang ikut memeriahkan jalannya pertunjukan. 


Salah satunya adalah Buto, sosok berperawakan besar, menakutkan, dan sering dianggap sebagai pengganggu dalam cerita. Namun, ternyata peran Buto dalam kuda lumping memiliki filosofi yang dalam dan tidak bisa dipandang sebelah mata.


Siapa Itu Buto dalam Kuda Lumping?

Dalam bahasa Jawa, “Buto” berarti raksasa atau sosok besar yang identik dengan sifat kasar. Dalam pertunjukan kuda lumping, Buto biasanya digambarkan sebagai tokoh antagonis yang tampil dengan kostum mencolok, gerakan keras, dan sering menakut-nakuti penonton, terutama anak-anak. Kehadirannya menambah warna dan ketegangan di panggung.

Meski terlihat menyeramkan, Buto bukan sekadar hiasan. Ia membawa pesan penting dalam alur pertunjukan.


Filosofi Peran Buto

  1. Simbol Kejahatan yang Harus Dikendalikan
    Buto sering diibaratkan sebagai nafsu angkara murka dalam diri manusia. Dalam pertunjukan kuda lumping, perlawanan terhadap Buto melambangkan perjuangan manusia untuk menundukkan hawa nafsu dan sifat buruk agar tidak merusak keseimbangan hidup.

  2. Pengingat tentang Dualitas Kehidupan
    Kehidupan selalu memiliki dua sisi: baik dan buruk, terang dan gelap. Peran Buto menjadi representasi sisi gelap yang harus ada untuk menegaskan keberadaan sisi terang. Tanpa Buto, pertunjukan kuda lumping akan kehilangan dinamika dan filosofi yang mendalam.

  3. Penjaga Energi Pertunjukan
    Kehadiran Buto membuat suasana pertunjukan semakin hidup. Gerakannya yang penuh tenaga memberikan kontras dengan tarian kuda lumping yang luwes. Hal ini mengajarkan bahwa dalam hidup, kita butuh keseimbangan antara keras dan lembut.

  4. Pelajaran tentang Kebersamaan
    Dalam alur cerita, Buto biasanya bisa dikalahkan bukan oleh satu orang saja, melainkan oleh kerja sama para penari lain. Ini menjadi simbol bahwa setiap tantangan besar dalam hidup akan lebih mudah dihadapi bila kita bersatu.


Buto sebagai Warisan Budaya

Lebih dari sekadar tontonan, kehadiran Buto dalam pertunjukan kuda lumping adalah bentuk kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Sosoknya mengajarkan bahwa meskipun buruk rupa dan menakutkan, Buto tetap punya peran penting dalam menjaga keseimbangan cerita dan nilai kehidupan.

Dengan memahami filosofi ini, kita bisa melihat kuda lumping bukan hanya sebagai hiburan, tapi juga sebagai media pendidikan budaya dan moral bagi generasi muda.


Kesimpulan

Filosofi peran Buto dalam pertunjukan kuda lumping menunjukkan bahwa setiap hal, bahkan yang terlihat menakutkan, sebenarnya memiliki makna dan pelajaran tersendiri. Buto hadir sebagai pengingat bahwa manusia harus mampu menaklukkan sisi gelap dalam dirinya demi mencapai kehidupan yang harmonis.

Melestarikan kuda lumping berarti juga menjaga pesan filosofis di balik tokoh-tokohnya, termasuk Buto. Dengan begitu, seni tradisional ini tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tetapi juga sarana untuk memahami nilai kehidupan.


(*Red)



Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Filosofi Peran Buto dalam Pertunjukan Kuda Lumping

Terkini

Iklan