| Foto : Ilustrasi : iStockphoto |
Lampung – SuaraMediaNews.com | Seekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) kembali membuat heboh warga di Kabupaten Lampung Barat. Satwa langka tersebut tertangkap dalam kandang jebak (box trap) yang dipasang oleh petugas di kawasan Dusun Kali Pasir, Pekon Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, pada Selasa (28/10/2025).
Penangkapan ini dilakukan setelah beberapa hari terakhir warga resah akibat kemunculan harimau di sekitar permukiman. Peratin Pekon Sukabumi, Alamsyah, membenarkan kabar tersebut. “Benar, seekor harimau Sumatera sudah tertangkap di jebakan yang dipasang petugas. Saat ini saya berada di lokasi,” ujarnya, Rabu (29/10).
Menurutnya, kondisi harimau dalam keadaan sehat dan masih hidup. Petugas juga telah memasang garis pembatas di sekitar area jebakan agar warga tidak mendekat. “Kami masih menunggu tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung untuk proses evakuasinya,” kata Alamsyah.
Sementara itu, Dandim 0422 Lampung Barat, Letkol Inf Rizky Kurniawan, juga membenarkan penangkapan satwa dilindungi tersebut. “Benar, seekor harimau Sumatera masuk ke dalam kandang jebak. Kondisinya sehat,” ungkapnya.
Rizky menambahkan, pihaknya masih menyelidiki apakah harimau yang tertangkap ini merupakan individu yang sebelumnya menyerang warga di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). “Belum bisa dipastikan, nanti akan ditangani tim ahli karena perlu proses pembuktian,” jelasnya.
Proses evakuasi harimau di Lampung Barat dijadwalkan berlangsung setelah pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan. “Kami menunggu tim medis untuk memastikan kondisinya. Biasanya pemindahan dilakukan dengan pembiusan agar aman,” tambah Rizky.
Konflik Manusia dan Harimau di Lampung Barat Masih Jadi PR Bersama
Fenomena konflik manusia dan harimau di Lampung Barat serta Pesisir Barat kembali menjadi perhatian serius. Dalam satu tahun terakhir, sedikitnya tujuh warga dilaporkan tewas akibat serangan harimau, sementara belasan ternak juga menjadi korban.
Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus, mengakui bahwa persoalan ini merupakan dilema besar. “Pemerintah harus melindungi harimau sebagai satwa langka, tapi di sisi lain, keselamatan dan mata pencaharian masyarakat juga harus dijaga,” ujarnya.
Parosil menjelaskan, berbagai langkah telah dilakukan untuk mengurangi potensi konflik, mulai dari pembentukan satgas pengamanan, edukasi kepada warga, hingga ronda malam di sekitar perbatasan hutan. “Warga sudah kami imbau agar tidak berkebun sendirian, tidak pulang terlalu sore, bahkan pendekatan spiritual juga sudah dilakukan,” katanya.
Pihak Pemkab juga telah berkoordinasi dengan Balai Besar TNBBS dan BKSDA Lampung, yang memiliki kewenangan dalam menangani satwa liar. “Mereka punya otoritas untuk masuk ke kawasan dan melakukan penanganan, termasuk penangkapan harimau yang berkonflik,” jelasnya.
Penyebab Konflik : Perambahan Hutan dan Keterbatasan Lahan
Parosil menilai konflik ini tidak lepas dari aktivitas warga yang membuka lahan perkebunan di kawasan TNBBS. “Secara prinsip, berkebun di kawasan taman nasional tidak diperbolehkan. Tapi faktanya banyak warga tidak punya lahan pribadi,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Lampung sebenarnya pernah menawarkan lahan garapan di wilayah Lombok Seminung, namun solusi ini dinilai belum ideal karena jaraknya jauh dan jumlah lahan terbatas. “Masyarakat sulit diminta pindah karena lahan pengganti terlalu jauh dan tidak cukup untuk semua warga,” jelas Parosil.
Selain itu, minat warga untuk beralih profesi, seperti menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), juga masih rendah karena faktor ekonomi dan harga kopi yang sedang bagus.
Daftar Korban Konflik Harimau di Lampung Barat dan Pesisir Barat
Korban Tewas:
-
Februari–Maret 2024: Sahri (28) dan Gunarso (47)
-
Oktober 2024: Karim Yulianto
-
Januari 2025: Zainudin (28)
-
27 Mei 2025: Sudarso (50)
-
Juli 2025: Misni (63)
-
7 Agustus 2025: Ujang Samsudin (35)
Korban Selamat:
-
11 Maret 2024: Samanan (41), warga Suoh
-
5 September 2025: Amir (50), warga Pekon Tigajaya
Harapan: Alam Lestari, Warga Tetap Aman
Menutup penjelasannya, Bupati Parosil menegaskan pentingnya mencari solusi yang adil bagi manusia dan satwa. “Saya ingin masyarakat tetap bisa hidup aman dan tenteram, tapi keberadaan hutan dan harimau juga tetap lestari,” tegasnya.
Dengan kerja sama semua pihak, diharapkan konflik manusia dan harimau di Lampung Barat bisa segera ditangani dengan cara yang bijak—menjaga keselamatan warga tanpa mengorbankan kelestarian satwa langka kebanggaan Sumatera.
(FIT)

