Bertambah Umur Sudah Seharusnya Terjadi, Namun Menjadi Dewasa Adalah Pilihan

terkini

iklan kanan juga

Bertambah Umur Sudah Seharusnya Terjadi, Namun Menjadi Dewasa Adalah Pilihan

SUARA MEDIA NEWS
31 Oktober 2025, 11:11 WIB Last Updated 2025-10-31T04:15:12Z

 

suara media news


Artikel - SuaraMediaNews.com 

Chili Davis, seorang pelatih bisbol asal Amerika Serikat, pernah berkata, Growing old is mandatory; growing up is optional. Dalam bahasa Indonesia, ungkapan ini berarti: “Bertambah umur sudah seharusnya terjadi, namun menjadi dewasa adalah pilihan.” (depoedu.com)


Kalimat sederhana ini menyimpan makna mendalam tentang kehidupan manusia — tentang waktu, proses, dan kesadaran diri dalam menghadapi hidup.


Harus diakui, hidup manusia terbingkai dalam waktu. Waktu adalah batas akhir dari kehidupan seseorang. Kita lahir dalam waktu, tumbuh di dalamnya, dan pada akhirnya, waktu pula yang menjadi penutup dari perjalanan hidup kita. Selama waktu itu berjalan, setiap orang memiliki kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan menentukan jalan hidupnya — apakah sekadar bertambah usia, atau benar-benar bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa.


Saat masih kecil, dunia terasa sederhana. Kita hidup di alam bermain, tanpa beban pikiran tentang masa depan. Dunia anak-anak penuh canda, tawa, dan rasa ingin tahu. Tidak ada tekanan, tidak ada kekhawatiran tentang pekerjaan, karier, atau tanggung jawab.


Namun, seiring bertambahnya usia, terutama ketika memasuki masa remaja dan dewasa muda, pandangan itu mulai berubah. Saya masih ingat ketika menginjak usia 25 tahun — masa peralihan antara remaja dan dewasa. Saat itu, saya mulai berhenti memikirkan soal bermain dan mulai memikirkan arah hidup.


Saya mulai bertanya pada diri sendiri: “Apa yang akan saya lakukan nanti? Bagaimana masa depan saya?”

Kecemasan pun muncul. Melihat teman-teman seangkatan mulai bekerja, menikah, dan meraih cita-cita membuat saya berpikir — apakah saya sudah berada di jalur yang benar?


Seiring waktu, hidup membawa banyak pelajaran. Saya menyaksikan bagaimana orang-orang di sekitar jatuh, gagal, dan bangkit lagi. Ada pula yang harus pergi lebih dulu — mengingatkan bahwa hidup ini tidak selamanya. Dari situ saya belajar, bahwa hidup harus dijalani dengan kesadaran dan tanggung jawab.


Saya mulai memahami bahwa menjadi dewasa adalah pilihan, bukan karena usia, tapi karena keputusan untuk belajar dari setiap pengalaman. Kedewasaan mengajarkan bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan, tapi kita bisa memilih bagaimana menyikapinya.


Ada kalanya saya terbawa oleh tantangan hidup — kesulitan ekonomi, kekecewaan, kehilangan, dan kegagalan. Namun di sanalah pelajaran berharga datang. Saya mulai belajar arti kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan hati. Saya belajar membedakan mana yang harus diperjuangkan dan mana yang harus dilepaskan.


Dewasa bukan sekadar soal umur, tapi tentang bagaimana kita menghadapi kenyataan dengan bijak. Ada beberapa hal yang saya pelajari dalam perjalanan ini:


1. Dewasa berarti bisa menerima kenyataan.
Tidak semua yang kita rencanakan berjalan mulus. Orang yang dewasa tahu bagaimana tetap tenang saat rencana gagal, dan tetap berusaha tanpa menyalahkan keadaan.

2. Dewasa adalah berani bertanggung jawab.
Setiap keputusan membawa konsekuensi. Orang dewasa tidak lari dari tanggung jawab, tetapi berani menanggung akibat dari pilihannya.

3. Dewasa berarti tidak mudah tersinggung.
Dunia ini tidak akan selalu memuji kita. Kadang kita dikritik, disalahpahami, bahkan diremehkan. Tapi kedewasaan membuat kita tidak mudah terbakar emosi.

4. Dewasa adalah mampu memaafkan.
Memaafkan bukan tanda lemah, justru tanda kekuatan hati. Orang dewasa tahu bahwa dendam hanya akan memperlambat langkah.

5. Dewasa berarti terus belajar.
Hidup adalah guru terbaik. Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar — dari kegagalan, kesalahan, bahkan dari orang lain yang berbeda pandangan.


Dulu, saya berpikir bahwa menjadi dewasa berarti harus sempurna — harus tahu segalanya, harus kuat setiap waktu. Tapi seiring waktu, saya sadar bahwa dewasa bukan tentang tidak pernah rapuh, melainkan tentang tetap melangkah meski sedang lemah.


Dalam hidup, tidak apa-apa merasa cemas, bingung, atau takut. Yang penting, kita mau terus belajar dan tidak berhenti memperbaiki diri. Itulah bentuk kedewasaan yang sesungguhnya.


Sering kali, kita diuji bukan oleh hal besar, tetapi oleh hal kecil — seperti bagaimana bersabar saat disalahpahami, bagaimana menahan diri saat ingin marah, atau bagaimana tetap sopan meski sedang kecewa. Dari hal-hal kecil inilah karakter dewasa terbentuk.


Semua orang akan menua — itu sudah pasti. Tapi tidak semua orang memilih untuk menjadi dewasa. Banyak yang secara fisik terlihat matang, namun masih berpikir dan bertindak seperti anak kecil.


Menjadi dewasa adalah pilihan sadar untuk tumbuh.
Pilihan untuk belajar memahami diri sendiri dan orang lain. Pilihan untuk tidak terus menyalahkan masa lalu, tapi menggunakannya sebagai pelajaran untuk melangkah lebih bijak ke depan.


Kedewasaan tidak datang begitu saja karena ulang tahun, pekerjaan, atau pernikahan. Ia tumbuh dari pengalaman, luka, dan keberanian menghadapi kenyataan hidup.


Hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh warna. Kita akan jatuh, bangun, terluka, dan sembuh. Semua itu bagian dari proses menjadi manusia seutuhnya.


Pada akhirnya, menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
Pilihan untuk tidak berhenti belajar, pilihan untuk tetap rendah hati, dan pilihan untuk menghadapi hidup dengan hati yang lapang.


Jadi, jangan takut menua. Waktu mungkin membuat wajah berubah, tapi kedewasaan membuat hati semakin kuat. Karena sejatinya, kedewasaan bukan tentang seberapa lama kita hidup, melainkan seberapa dalam kita memahami arti kehidupan itu sendiri.


(SN-31-10-25)



Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Bertambah Umur Sudah Seharusnya Terjadi, Namun Menjadi Dewasa Adalah Pilihan

Terkini

Iklan