| Gambar Hanya Illustrasi (peringatan dini cuaca ekstrem Lampung) |
Jakarta — SuaraMediaNews.com | Memasuki periode Desember 2025 hingga Februari 2026, BMKG memberikan peringatan dini bahwa prakiraan cuaca Desember hingga awal tahun depan akan dipenuhi aktivitas atmosfer yang “sibuk”. Tidak hanya curah hujan yang meningkat, namun dinamika angin dan gelombang tinggi diprediksi lebih sering terjadi di berbagai wilayah perairan Indonesia.
Menurut BMKG, tiga bulan ini merupakan fase paling aktif dalam siklus cuaca tahunan. Kombinasi monsun Asia, fenomena gelombang atmosfer, hingga kontur geografis Indonesia akan membuat cuaca Indonesia lebih labil dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Memasuki Desember, angin monsun Asia mulai menunjukkan penguatan. BMKG mencatat, di wilayah Laut China Selatan hingga perairan Natuna, kecepatan angin sudah menembus lebih dari 18 km/jam atau di atas 10 knot.
Sementara itu, di wilayah perairan dalam Indonesia seperti Selat Karimata, Laut Jawa, dan Laut Banda, dorongan angin masih tergolong rendah, hanya sekitar 11–18 km/jam. Karena itu, tinggi gelombang pada awal musim hujan ini masih relatif aman — umumnya di bawah 1 meter.
Pada Januari, monsun Asia memasuki fase puncak. Embusan angin tidak hanya lebih kencang tetapi menyebar merata ke berbagai wilayah perairan, termasuk:
-
Laut Jawa
-
Selat Karimata
-
Laut Maluku
-
Laut Banda
Kecepatan angin meningkat menjadi lebih dari 18,5 km/jam (>10 knot). Dampaknya:
-
Tinggi gelombang di perairan dalam naik signifikan, bahkan bisa lebih dari 1 meter.
-
Kondisi laut menjadi lebih bergejolak, terutama untuk pelayaran dan aktivitas nelayan.
Memasuki Februari, monsun Asia mulai menunjukkan pelemahan. Kecepatan angin kembali turun ke kisaran 7–18 km/jam, sehingga tinggi gelombang berangsur menurun.
Namun, wilayah yang terhubung dengan samudra luas masih berpotensi mengalami gelombang tinggi lebih dari 0,75 meter, terutama:
-
Laut Halmahera
BMKG menjelaskan bahwa dinamika atmosfer Desember–Februari menjadi lebih rumit karena adanya berbagai fenomena:
-
Madden Julian Oscillation (MJO)
-
Cold surge (sering memicu angin kencang)
-
Pola angin darat–angin laut harian
Ditambah, kondisi geografis Indonesia — dengan ribuan pulau, gunung, bukit, hingga lembah — membuat arah angin tidak selalu lurus, tetapi berbelok mengikuti bentuk permukaan. Akibatnya, muncul pola angin lokal dan gelombang mikro yang berbeda-beda di setiap wilayah.
Dengan kondisi cuaca Indonesia yang lebih dinamis, BMKG meminta masyarakat, pelaku pelayaran, dan nelayan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap:
-
Potensi gelombang tinggi
-
Angin kencang di wilayah perairan
-
Cuaca ekstrem pada puncak musim hujan
BMKG mengingatkan agar masyarakat selalu mengikuti pembaruan prakiraan cuaca Desember–Februari, terutama bagi yang beraktivitas di laut atau wilayah pesisir.

