Gambar ilustrasi from : Pixabay.com) |
Sering kali, kita lebih mudah merasakan kasih sayang seorang ibu yang hangat, penuh pelukan, dan ungkapan sayang lewat kata-kata. Namun, tak jarang kita melupakan satu sosok lain yang justru berdiri tegak di belakang semua itu.
ayah. Seorang lelaki yang mungkin jarang berkata manis, jarang mengelus kepala anak-anaknya, bahkan kadang tampak dingin. Tetapi di balik diamnya, ada cinta yang dalam, ada pengorbanan yang besar, dan ada doa yang tak pernah putus untuk keluarganya.
Ayah adalah rumah kedua yang memberi rasa aman. Ia mungkin tidak selalu mengekspresikan cinta dengan kata-kata, namun setiap langkahnya adalah wujud kasih sayang.
Mulai dari bangun lebih pagi daripada anggota keluarga lain untuk bekerja, hingga pulang larut malam dengan tubuh letih namun tetap menyunggingkan senyum meski sederhana. Semua itu dilakukannya tanpa keluhan.
Banyak anak yang bertanya-tanya, “Mengapa ayah jarang mengucapkan sayang?” atau “Mengapa ayah tidak pernah menangis meski jelas terlihat lelah?”. Jawabannya sederhana: ayah mengekspresikan cintanya dengan cara berbeda. Baginya, bukan kata yang penting, melainkan tindakan nyata.
Saat ia menyiapkan biaya sekolah, itu adalah wujud cintanya. Saat ia menahan lapar demi memastikan anak-anaknya kenyang, itu adalah pengorbanan tulusnya. Dan saat ia berdiam diri, menatap jauh dalam keheningan malam, sesungguhnya ada doa yang ia panjatkan agar keluarganya selalu bahagia.
Jarang ada catatan sejarah yang menulis tentang pengorbanan seorang ayah. Tidak ada puisi manis yang cukup menggambarkan betapa besar tenaga dan pikiran yang ia curahkan untuk anak dan istri.
Namun, justru karena itulah ayah begitu istimewa. Ia bekerja dalam diam, ia berkorban tanpa meminta balasan, dan ia berdiri kokoh meski pundaknya kerap menanggung beban berat.
Tak jarang, ayah rela menahan rasa sakit, entah itu karena lelah, tekanan pekerjaan, atau masalah hidup lainnya. Tetapi, di hadapan anak-anaknya, ia tetap menunjukkan ketegaran. Bukan karena ia tidak merasa sakit, melainkan karena ia ingin keluarganya merasa aman.
Seorang ayah mungkin tidak sering menengadahkan tangan di depan anak-anaknya. Namun, jangan pernah meremehkan doa yang ia bisikkan dalam diam.
Saat semua orang tertidur, ayah berdoa agar rezekinya cukup untuk menghidupi keluarga. Saat menghadapi kesulitan, ia tidak hanya berusaha, tapi juga berharap Tuhan menjaga anak-anaknya dalam setiap langkah.
Doa seorang ayah sering kali tak terdengar, tapi nyata dalam keberkahan yang kita rasakan. Kita bisa bersekolah, bisa makan dengan tenang, bisa merasakan rumah yang nyaman, semua itu tidak lepas dari doa seorang ayah yang disampaikan dengan penuh keikhlasan.
Kita sering kali baru menyadari betapa besar pengorbanan ayah ketika usianya sudah mulai renta, ketika langkahnya sudah tak lagi sekuat dulu, atau bahkan ketika ia sudah tiada.
Padahal, setiap hari adalah kesempatan untuk berterima kasih kepadanya. Tidak perlu menunggu momen khusus, cukup dengan menyapanya, menemaninya berbincang, atau sekadar mengatakan, “Terima kasih, Yah.” Itu sudah cukup membuat hatinya hangat.
Ingatlah, di balik diamnya seorang ayah, tersimpan cinta tanpa kata dan pengorbanan tanpa keluh. Ia tidak meminta kita membalas semua yang ia lakukan, karena kebahagiaannya adalah melihat anak-anaknya tumbuh, bahagia, dan sukses.
Ayah adalah definisi nyata dari cinta yang tidak banyak bicara, tapi selalu ada.
Mungkin ia bukan sosok yang pandai mengekspresikan rasa, namun ia adalah alasan mengapa kita bisa berdiri tegak hari ini.
Terimakasih....